Lihatlah kelasku, kelas X-1 di SMANSA Sumenep. Katanya kelasku itu
kelas unggulan. Memang namanya seperti itu, tapi kenyataannya tidak
seperti yang mereka bayangkan. Kelas yang jumlah siswanya 32 ini
memiliki fasilitas yang cukup lengkap di banding kelas lain. Terkadang
aku mendengar isu-isu bahwa mereka iri kepada kami karena kami di
anak-emaskan. Ternyata persepsi mereka sama sekali salah. Mengapa? Ya
tentu saja kami dapat fasilitas lengkap seperti ini karena orang tua
kami bersedia membayar uang bulanan yang bisa dibilang mahal. Tingkat
intelegensi di kelas kami pun biasa saja, tak mencerminkan sama sekali
bahwa kami siswa kelas unggulan yang di dalam pandangan mereka kami
adalah siswa yang serba bisa, mahir segala ilmu. Memang ada beberapa
yang memang otaknya memiliki kecerdasan luar biasa pada pelajaran
tertentu, misalnya saja ada yang mahir matematika, fisika, biologi,
kimia, bahkan ada yang mahir semuanya. Ya itulah kelasku.
Terkadang
aku berpikir bahwa kelasku ini belum pantas sama sekali mendapat
julukan kelas unggulan. Mengapa? Karena menurut pemikiranku program
kelas ini belum tercapai secara maksimal. Kabarnya kelasku ini akan
dijuruskan ke IPA seluruhnya. Tapi mengapa frekuensi mapel IPA-nya
rendah? Malah mapel IPS yang paling tidak kami senangi itu menggila.
Memang dalam satu minggu hanya bertatap muka selama 2 jam pelajaran,
tapi lihatlah pada tugas yang guru-guru pengajar IPS berikan, sangat
banyak, bertubi-tubi bak serangan Israel ke Jalur Gaza beberapa bulan
yang lalu. Tugasnya begitu sulit, sehingga membuat kepala serasa sesak.
Ditambah lagi dengan pelajarannya yang cenderung membosankan, tak
menggairahkan kami sama sekali. Apa guru-guru itu tak berpikir, bahwa
muridnya itu ternyata pusing? Mereka pikir pelajaran yang mereka
sampaikan merupakan pelajaran satu-satunya dan merupakan pelajaran
wajib bagi kami? Sudah tahu bahwa kami akan dijuruskan ke IPA, masih
saja ngotot dengan tugas-tugas yang relatif tak berguna sama sekali
buat kami.
Apa efeknya? Tentu saja selain membosankan, pelajaran
IPA yang seharusnya menjadi pelajaran pokok kami jadi terabaikan.
Sekarang lihatlah nilai rapor kami. Nilai mapel IPA aduhai jeleknya
minta ampun. Kenapa bisa terjadi? Ya tentu saja, PR IPA yang seharusnya
kami kerjakan, kami sibuk dengan tugas power point. Biasanya belajar
untuk persiapan ulangan, kami disibukkan dengan makalah yang tak
berkesudahan.memang ada segelintir yang nilainya tetap bagus, itu
karena dia memang brilian. Tadi saja, banyak temanku yang menjuarai OSN
di berbagai macam bidang, matematika juara 3, Kimia juara 2, Astronomi
juara 1, TIK juara 1 dan 3, memang membanggakan, tapi mereka memang
tergolong kepada orang yang jenius. Ya begitulah kira-kira. Aku yakin,
jika tetap seperti ini, program kelas yang akan menjuruskan kami ke IPA
tidak akan berhasil. Tidak akan pernah kelas kami ini menjadi kelas
unggulan yang sebenarnya.....
edited from tahtadaritimoer.co.cc